Spesial Buat Anak Gaul Desa Tolisu
Sekedar informasi untuk pemuda Desa Tolisu terutama yang sedang merantau
menuntut ilmu maupun meraup rupiah, bahwa sejak bulan Januari Masjid At-Taqwa
di Desa Tolisu Blok A terbuka untuk Mas-mas, Bapak-bapak, Kakek-kakek, Adik-adik, dan informasi terbaru yang saya dapatkan juga untuk akhwat yang ingin ikutan dan suka nongkrong. Masa sih? Emangnya ada acara apaan? Nongkrong
kok di Masjid?
Bagi yang penasaran bisa datang langsung aja gan. Eh, tapi bisa juga cari
tahu dengan baca tulisan ini sampe selesai. Hehehe...
Sekitar dua bulan yang lalu di Desa Tolisu ada yang namanya pengajian rutin
setiap jum’at malam. Jamaahnya khusus untuk kaum adam. Ibu-ibu juga boleh yang penting nggak ngrumpi sendiri di luar yaaaa, hihihi. Hanya saja
pengajian bapak-bapak ini nggak persis kayak Ibu-ibu yang membaca Al-Qur’an
rame-rame gan.
Namanya juga ngaji, selama ini selalu diartikan sebagai membaca Al-Qur’an
doang. Padahal tuh kan bahasa Jawa yang diserap ke Bahasa Indonesia menjadi
kaji. Ngaji tuh dah kata kerja gan, tapi mungkin dulu orang yang ngaji ama Wali
Songo belum tuntas belajar Bahasa Jawa jadi saat Indonesia menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu, mereka bingung kasih istilah apa jadinya
sekarang kita kenal dengan mengaji atau pengajian. Seharusnya kan jadi mengkaji
yang nggak? Iya aja deh, kalau ada yang kurang setuju bisa komen di bawah gan.
Insya’Allah di lain kesempatan kita bahas lebih lanjut. Karena dunia aja
mengakui kalau Bahasa Jawa nih paling lengkap sedunia, mangkannya komputer aja
pakai Java Script. Nggak selesai-selesai ntar
pembahasannya. Meskipun kurang tepat, setidaknya ada hikmahnya gan, kita jadi
tahu kalau dulu orang dari seluruh nusantara pada ngaji ama Wali Songo.
Jadi, pengajian Bapak-bapak ini agendanya mengkaji ilmu agama secara
mendalam sampai dengan perbandingan agama. Misalnya semalam, mereka mengkaji
tentang budaya tujuh bulanan (piton-piton), tingkepan, slametan, dst., yang
ternyata itu semua tidak diperintahkan dalam islam gan. Justru dikupas secara
tuntas dalam Kitab Suci Wedha. Yaaa, maklum, dulu-dulu-dulu sekali kan mayoritas
penduduk Jawa awalnya beragama hindu. Setiap ayat yang menjelaskan itu ada
dalam Wedha dan dijelaskan langsung oleh Sarjanawan Jurusan Agama Hindu yang
alhamdulillah masuk Islam gan. Lebih lengkapnya tanyakan pada ahlinya aja deh.
Karena kapasitas ane belum sampe kesitu.
Jangan lupa yaaa, kalau pulang kampung nanti nongkrong bareng di Masjid
At-Taqwa, Sholat Isya’ berjamaah sambung pengajian (pengkajian) hehe...
Komentar